Keseimbangan kekuatan global atau situasi internasional adalah struktur hubungan antar negara di dunia. Ini adalah status adidaya dan negara-negara yang bersaing dengannya. Untuk memahami keseimbangan kekuatan global ini, tidak hanya memerlukan pengetahuan tentang negara mana saja yang berstatus adidaya, kebijakannya dan visi misinya, tetapi juga memerlukan pengetahuan hubungan internasional, yang selalu diwarnai persaingan antar sesama negara untuk mencapai status keadidayaan. Ini sebabnya situasi internasional tidaklah stabil dan selalu berubah. Maka analisa apapun terhadap keseimbangan kekuatan global adalah penjelasan terhadap situasi pada waktu tertentu, sehingga analisa tersebut menjadi bagian dari sejarah ketika situasi internasional kembali berubah.
Situasi internasional akan selalu dalam posisi dinamis karena ditentukan oleh kondisi ekonomi-politik beberapa negara dan tergantung dari situasi tertentu yang menyelimutinya. Perubahan situasi dan kondisi tejadi karena suatu negara bisa melemah atau menguat, atau karena hubungan dengan negara lain melemah atau menguat. Dalam hal ini, terjadinya perubahan keseimbangan kekuatan global disebabkan oleh pergeseran keseimbangan kekuatan yang terjadi sebelumnya. Ini sebabnya, memahami status setiap negara yang mempengaruhi situasi internasional adalah dasar untuk memahami keseimbangan kekuatan adidaya global.
Setiap negara tidak dapat berdiri sendiri. Mereka harus bekerja sama dengan negara lain. Istilah kerja sama ekonomi internasional tidak sama dengan perdagangan internasional. Kerja sama ekonomi internasional mempunyai cakupan yang lebih luas daripada perdagangan internasional. Dengan demikian kerja sama ekonomi internasional adalah hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan saling menguntungkan.
Berdasarkan pengertian kerja sama, maka setiap negara yang mengadakan kerja sama dengan negara lain pasti mempunyai tujuan. Berikut ini tujuan kerja sama antarnegara :
- Mengisi kekurangan di bidang ekonomi bagi masing-masing negara yang mengadakan kerja sama.
- Meningkatkan perekonomian negara-negara yang mengadakan kerja sama di berbagai bidang.
- Meningkatkan taraf hidup manusia, kesejahteraan, dan kemakmuran dunia.
- Memperluas hubungan dan mempererat persahabatan.
- Meningkatkan devisa negara.
2. Faktor-Faktor Penyebab Kerja Sama Antarnegar Antarnegara
Setiap kerja sama yang dilakukan oleh suatu negara dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang memengaruhi dapat didasarkan pada perbedaan dan persamaan yang dimiliki antarnegara.
a. Kerja Sama Antarnegara Akibat Adanya Perbedaan
Berikut ini perbedaan-perbedaan yang mendorong kerja sama antarnegara:
- Perbedaan sumber daya alam, Sumber daya alam yang dimiliki oleh setiap negara berbeda-beda baik dari segi jenis dan jumlahnya. Ada negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, namun ada juga negara yang memiliki sedikit sumber daya alam. Contohnya Indonesia kaya akan sumber daya alam berupa bahan baku, namun negara Arab Saudi sedikit menghasilkan bahan baku untuk industri, padahal kebutuhan mereka akan bahan baku sangat besar. Dengan demikian negara-negara yang sedikit menghasilkan bahan baku akan melakukan kerja sama dengan negara yang kaya akan bahan baku industri, dengan tujuan agar kebutuhan bahan baku dapat terpenuhi.
- Perbedaan iklim dan kesuburan tanah, Perbedaan iklim dan kesuburan tanah antara satu negara dengan negara lain akan menyebabkan perbedaan jenis tanaman. Misalnya Indonesia dan beberapa negara lainnya yang beriklim tropis, curah hujan yang tinggi, dan lahan yang subur akan menghasilkan padi, kopi, teh, karet, dan sebagainya. Sedangkan negara-negara seperti di Eropa yang beriklim sedang tidak cocok untuk jenis tanaman tersebut, sehingga mereka harus memperolehnya dari negara-negara tropis.
- Perbedaan ilmu pengetahuan dan teknologi, Kemampuan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keterampilan antara satu negara dengan negara lain tidak sama. Negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Eropa Barat, dan Jerman memiliki kemampuan dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dibandingkan negara-negara berkembang seperti di Afrika dan sebagian Asia. Adanya perbedaan tersebut, negara-negara berkembang dapat melakukan kerja sama dengan negara-negara maju. Dengan demikian negara-negara berkembang dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologinya.
- Perbedaan ideology, Perbedaan ideologi antarsuatu wilayah negara dengan negara lain dapat memicu konflik antarnegara bahkan menjadi konflik internasional. Untuk meredakan konflik atau ketegangan perlu adanya kerja sama, sehingga tidak memperbesar konflik yang telah ada. Misalnya negara seperti Hongkong yang memisahkan diri dengan RRC yang berideologi komunis, memerlukan kerja sama dalam bidang politik dengan negara yang berideologi liberal seperti Amerika Serikat. Hal ini perlu dilakukan agar masalah-masalah yang timbul dapat diselesaikan di meja perundingan.
b. Kerja Sama Antarnegara Akibat Adanya Kesamaan
Berikut ini beberapa kesamaan yang mendorong kerja sama antarnegara:
- Kesamaan sumber daya alam, Kesamaan sumber daya alam antara beberapa negara dapat mendorong terbentuknya kerja sama antarnegara. Misalnya beberapa negara penghasil minyak bumi membentuk suatu kerja sama yang diberi nama OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries).
- Kesamaan keadaan wilayah (kondisi geografis), Negara-negara yang terletak di suatu wilayah yang memiliki kondisi geografis yang sama sering mengadakan kerja sama untuk kepentingan wilayah dari masing-masing negara anggotanya. Misalnya negara-negara yang terletak di wilayah Asia Tenggara membentuk kerja sama melalui organisasi ASEAN, dan sebagainya.
- Kesamaan ideology, Negara-negara yang mempunyai kesamaan ideologi dapat mendorong suatu negara melakukan kerja sama. Sebagai contoh NATO (North Atlantic Treaty Organization) adalah kerja sama negara-negara di Atlantik Utara yang berideologi liberal. Selain itu, negara-negara yang tidak memihak pada blok Barat ataupun blok Timur membentuk kerja sama dalam organisasi Nonblok.
- Kesamaan agama, Adanya persamaan agama juga dapat mendorong beberapa negara untuk bergabung dalam suatu organisasi. Misalnya OKI (Organisasi Konferensi Islam), yaitu kelompok organisasi negara-negara Islam. Mereka bergabung dalam OKI sebagai respon atas peristiwa pembakaran Masjid Al Aqsa di Yerusalem yang dilakukan oleh Israel.
2. Persaingan Antar Sesama Negara Maju
Persaingan antar kekuatan dunia telah berlangsung sejak dahulu dan akan terus berlangsung hingga hari kiamat. Dalam masa Mesir kuno yang diperintah oleh para Fir’aun, Mesir adalah negeri adidaya dan bersaing dengan Mesopotamia. Imperium Romawi menjadi negara adidaya dan Imperium Persia bersaing dengannya. Lalu, Daulah Khilafah menundukkan keduanya, Romawi dan Persia sekaligus, dan menjelma menjadi kekuatan adidaya hingga akhir abad ke-18, dan dalam perjalanan sejarahnya sempat berseteru melawan Mongol dan terlibat dalam Perang Salib.
Perancis dan Inggris bersaing dengan Khilafah Utsmaniyah selama hampir 3 abad hingga pertengahan abad-18. Menjelang Perang Dunia I, Jerman menggeser keseimbangan kekuatan global, dan menghadapi persaingan dari Inggris dan Perancis. Setelah Perang Dunia I, Inggris menjadi kekuatan global dan menghadapi persaingan Perancis. Tidak lama kemudian, Jerman menantang Inggris dan hanya berakhirnya Perang Dunia II yang telah menghentikan hegemoni Jerman. Usai Perang Dunia II, AS menjadi pemenang dan menjadi kekuatan adidaya, yang menghadapi persaingan dari Uni Soviet selama 50 tahun, hingga jatuhnya Soviet pada tahun 1990an.
Percaturan Politik Antar-Bangsa (Game of nations) Saat ini AS adalah negeri adidaya dunia, meski mulai melemah ia masih berpengaruh terhadap politik internasional. AS adalah ekonomi terbesar dunia, termaju dalam penguasaan teknologi mutakhir, dan memiliki pangkalan militer yang tersebar diseluruh dunia untuk mempertahankan kepentingan nasionalnya.
Namun, Amerika mulai menunjukkan kelemahannya dalam perang di Iraq dan Afganistan dan belum memberikan tanda-tanda perbaikan nasibnya. Dua perang tersebut berlangsung dalam waktu yang lebih lama ketimbang Perang Dunia Kedua. Militer AS yang ditopang kemajuan teknologi mutakhir dalam sejarah dunia, tidak mampu menundukkan musuh yang menggunakan senjata teknologi tahun 1960an. Akibatnya, AS sangat tergantung pada pemerintahan lokal untuk menghindari rasa malu. AS menghadapi banyak sekali tantangan di belahan dunia yang sempat ia dominasi hanya sepuluh tahun yang lalu. Di Timur Tengah, AS sempat menikmati dominasinya disana. Namun akhir-akhir ini AS menghadapi tantangan dari Cina dan Rusia dalam penguasaan minyak di Timur Tengah.
AS juga berkompetisi melawan India, Jepang, dan Uni Eropa untuk mendapatkan emas hitam ini. Bahkan Inggris sempat mengelabui proyek AS dengan alasan kerjasama. Graham Fuller, mantan ketua Konsili Intelijen Nasional menggambarkan nasib Amerika ketika ia menulis di majalah National Interest, banyak negara telah menerapkan multi-strategi dan taktik untuk melemahkan, mengelabui, merubah, meningkatkan kompleksitas, dan membatasi serta menjegal agenda pemerintahan Bush dengan tikaman yang bertubi-tubi.
Cengkeraman Amerika di Afrika juga mulai melemah dari manuver Inggris dan Cina, setelah berakhirnya periode dominasi AS disana selama beberapa dasawarsa. Inggris dibawah pimpinan Tony Blair menggagalkan usaha AS untuk melengserkan Presiden Kabbah, penguasa Sierra Lion. Inggris juga bekerja secara sistematis untuk menyelamatkan kekuasaan Rezim Ghaddafi dari pengaruh kaum neokonservatif Amerika yang menghendaki perubahan rezim paska kejadian September 911. Di Sudan, AS juga gagal untuk memisahkan Sudan Selatan karena Inggris dan Perancis berhasil menggunakan krisis Darfur untuk mempengaruhi Sudan. Di Afrika Selatan, Blair juga bersaing melawan AS untuk menyelamatkan kepentingan Inggris disana. AS juga menghadapi kemungkinan kegagalan bersaing dengan Cina dalam mengembangkan industri minyak di Afrika, yang telah memenangkan tidak kurang dari 100 kontrak yang bernilai 20 bilyun dolar yang bertujuan untuk memastikan stabilitas penyediaan
minyak.
minyak.
Rusia dan Cina berkembang secara pesat tanpa mengikuti resep demokrasi liberal Barat. Sebaliknya, Rusia justru menantang AS secara terbuka. Misalnya, Rusia menancapkan benderanya di dataran es Antartika, men-tes bom secara masif, dan mempersengketakan sistem pertahanan misil AS di Eropa Timur. Rusia juga merebut kembali status adidayanya dengan dengan menguasai kembali Kazakhstan dan Uzbekistan dari pengaruh AS dan menghentikan tiga revolusi di negara-negara Asia Tengah. AS, setelah 20 tahun tidak memiliki saingan berarti, mulai menghadapi tantangan serius dari suatu negara (Rusia) yang menguasai ladang gas dan minyak bumi terbesar di dunia.
Perusahaan yang mampu bersaing dengan AS adalah Rusia, Inggris, Perancis, dan Jerman, dimana ke-empat negara tersebut memiliki ambisi internasional. Rusia dalam dekade terakhir berhasil menguasai sumber mineral dan menundukkan beberapa konglomerat yang sempat menguasai perekonomian Rusia sejak jatuhnya Uni Soviet. Dengan dibekali sumber energi yang luarbiasa, Rusia kini berada dalam fase untuk bersaing dalam meningkatkan teknologi militernya dalam menghadapi AS.
Inggris yang dalam sejarah sempat menjadi negara adidaya masih memiliki pengaruh pada bekas jajahannya. Inggris adalah salah satu pemain penting dalam politik Eropa dan sering menimbulkan kegelisahan pada AS atas kegagalan rencananya di Eropa. Perang Dunia II telah menghabiskan energi Inggris yang sempat melemahkan kedudukan internasionalnya. Pembuat kebijakan Inggris menyadari hal ini dan membangun manuver politik kerjasama ketimbang persaingan secara langsung dengan AS. Inggris melakukannya dengan cara bekerjasama dengan AS di wilayah internasional di satu sisi. Di sisi lain, Inggris membuat AS frustasi dalam usahanya mendominasi Eropa.
Perancis, selayaknya Inggris, adalah pemain penting lainnya dalam sejarah dan politik Eropa dan kebijakan Perancis diterapkan diseluruh bekas jajahannya dalam bentuk kekuatan budaya dan ekonomi sehingga mampu mempengaruhi Dunia. Perancis yang mendominasi Uni Eropa, berhasil menggunakannya untuk memajukan kepentingan Perancis. Dibawah pimpinan Nicolas Sarkozy, Perancis membangun pangkalan militer di Teluk dan bekerjasama dengan AS di Lebanon dan konflik Russia-Georgia.
Jerman adalah negara ketiga terbesar ekonomi dengan nilai 2,7 trilyun dolar dan menjadi ekonomi termaju di Eropa. Di tahun 2004, Jerman adalah eksportir terbesar dunia dengan nilai 912 bilyun dolar. Ekonomi Jerman juga melakukan ekspansi terutama di wilayah Eropa Timur, dengan penerapan sederet kebijakan ekonomi. Jerman juga melakukan peran penting dalam negosiasi pertukaran tawanan perang antara Israel dengan pejuang Hezbullah. Jerman juga menempatkan armada Angkatan Lautnya dalam invasi Israel di Lebanon pada tahun 2006, yaitu frigat Mecklenburg-Vorpommern dan Karlsruhe, yang didukung dengan helikopter, kapal logistik dan perahu patroli dengan kekuatan 1500 personil. Ini adalah penempatan militer terbesar Jerman sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua. Masalahnya, Jerman memandang dunia dari perspektif Uni Eropa, sedangkan Inggris dan Perancis menggunakan Uni Eropa untuk memajukan kepentingan nasional masing-masing.
3. Kekuatan yang sedang Naik Daun
China adalah salah satu negara yang bersaing melawan AS dan memiliki pengaruh yang cukup penting, namun Cina masih merupakan kekuatan lokal. Andai saja Cina tidak memiliki ambisi internasional yang sempit, Cina mungkin bisa bersaing melawan AS secara langsung. Hal ini mungkin saja terjadi dalam waktu dekat. Jepang adalah kekuatan ekonomi dengan jumlah besar di dunia setelah AS, akan tetapi Jepang tidak memiliki pengaruh selain pengaruh ekonomi. Kebijakan Jepang untuk turut serta dalam koalisi pendudukan Afganistan dan penghapusan pasal tentang sikap pasifisme dalam konstitusi Jepang sehingga mampu menempatkan pasukan diluar Jepang, sebenarnya adalah bentuk manuver AS untuk mengimbangi Cina. Pengaruh Jepang,tidak lain adalah kepanjangan tangan dominasi AS di Asia, dan bukan dari Jepang itu sendiri.
Di samping para negara adidaya, ada juga negara-negara yang memiliki pengaruh terbatas di wilayah masing-masing dan bersifat sesaat saja. India, misalnya, memiliki jumlah populasi dunia yang besar dan memiliki senjata bom nuklir dan memiliki potensi untuk berpengaruh di wilayah sekitarnya. Namun India tidak sehebat yang media promosikan dan masih terletak diposisi buncit dari daftar negara adidaya. Italia pun masih memiliki pengaruh di dunia, karena ia pernah menjadi negara adidaya sebelum Perang Dunia Kedua, meski hanya sesaat.
4. Kekuatan Amerika Serikat Dan Jepang
Paska perang dunia II yang menyakitkan bagi bangsa Jepang dengan kehancuran dua kota yang di bom atom oleh tentara sekutu pimpinan Amerika Serikat. Kota Hirosima dan Nagasaki. Kerusakan fatal Infrastruktur, bencana kemanusiaan, ambruknya ekonomi, dan polusi kimia nuklir yang masih tersisa sampai generasi sekarang ini.
Upaya-upaya rahasia dilakukan selama lebih dari tiga dasa warsa paska kekalahan Jepang. Jepang telah menempa kekuatan industri militernya yang potensil jika memang negara itu memutuskan memasuki bidang tersebut. Secara ekonomi kekuatan Jepang sangat potensial. GNP Jepang telah tumbuh dari di bawah satu persen total GNP global pada tahun 1955 menjadi hanya sekitar 3 persen pada tahun 1970 hingga mencapai 15 persen untuk tahun ini. Angka ini merupakan seperenam hasil ekonomi seluruh dunia. Produksi seluruh industrinya dua kali lipat negara adidaya yang sudah runtuh (Uni Soviet) dan dapat melampaui Amerika Serikat dalam satu dasa warsa.
Jepang bersikeras untuk secara luas mengembangkan sektor-sektor teknologi tinggi yang berkaitan erat dengan kemampuan medan pertempuran pada era pasca perang dingin. Beberapa bidang teknologi yang berkaitan atau akan dikaitkan dengan mesin perang. Teknologi-teknologi ini dalam peranan di sipil telah melahirkan kamera, robot, televisi, mesin potocopy, dan industri sirkuit terpadu kelas dunia. Produk-produk ini telah merajai pasar dunia karena kecanggihan teknologinya.
Berbagai teknologi tersebut seperti sistem sensor elektronik dan pemandu yang sama yang menghasilkan foto 35 mm berkualitas tinggi, pemandu peluru kendali supersonik tanpa menyimpang dari sasarannya. Teknologi bom pintar yang dilengkapi dengan kamera mini Sony dan sejumlah tertentu Jepang yang menghancurkan jembatan Sungai Merah di Hannoi selama perang Vietnam yang selama ini misi tersebut dilakukan secara manual dan mengalami kegagalan oleh para pilot F-4 Phantom. Teknologi tinggi Jepang juga digunakan sebagai inti peluru-peluru kendali Tomhawk Amerika Serikat yang menghujani Baghdan selama Perang Teluk. Sistem sensor dan pemandu yang tepat dan canggih untuk peluru kendali, pesawat terbang dan alat peringatan dini yang semakin penting dan strategis pada masa yang akan datang.
Kemampuan Jepang dalam teknologi senjata dan peralatan militer tidak diimbangai oleh diplomasi politik diluar negeri untuk sekedar mendapat kesempatan membangun kembali kekuatan militer, tekanan Amerika Serikat dan negara-negara NATO atas kebangkitan kekuatan masa lalu Jepang. Walaupun sebagian besar negara-negara berkembang mantan jajahan Jepang sudah ada yang memaafkan.
Dalam memikirkan pilihan pertahanan Jepang pada masa depan, mempertimbangkan kekuatan jangka panjang yang condong dan secara dini menetapkan keputusan apa yang secara sadar benar-benar telah diambil oleh Jepang, merupakan suatu hal yang penting. Jelas dua faktor itu adalah menanjaknya kekuatan ekonomi dan teknologi Jepang. Dengan kekuatan ekonominya Jepang dapat dengan mudah menggalang kekuatan militer modern secara cepat. Nasionalisme Jepang, semangat shogun, kecerdasan, pendidikan, etos kerja, budaya dan tentunya ekonomi semuanya sudah mendukung untuk terjadinya kekuatan militer yang diharapkan, bahkan menjadi superpower pun.
Hanya satu kelemahan Jepang pada masa komtemporer ini, ialah rasa bersalah Jepang sendiri. Selain itu tekanan Amerika Serikat, negera-negara anggota NATO, dan negara-negara berkembang yang pernah dijajah Jepang dari tahun 1940-an sampai 1945 ketika Jepang bertekuk lutut terhadap sekutu. Untuk memenuhi keperluan keamanan yang sedang tumbuh, sebagai hasrat yang terpendam dan tertekan. Dimana Jepang berenang dekat puncak imperialisme barat abad kesembilanbelas. Birokrasi Jepang sementara waktu hanya membangun industri otonom sebagai swadaya peralatan persenjataan hal yang pokok bagi keamanan nasional Jepang.
Kecendrungan menuju swadaya ini sangat jelas pada tahap awal kontroversi Amerika Serikat - Jepang pada tahun 1989 mengenai pembuatan pesawat tempur FSX generasi berikutnya, sehingga hal ini membuat Amerika Serikat gerah dan pada masa pemerintah Reagen - Bush dengan dukungan kongres, melalui tekanan lobbying yang kuat melawan konsep pengembangan industri militer Jepang yang independen. Akhirnya MITI, Badan Pertahanan Jepang, dan industri pertahanan Jepang, sepenuhnya tunduk dan setuju memproduksi pesawat tempur FSX generasi berikutnya yang skemanya ditentukan oleh Amerika Serikat.
Penolakan laten terhadap pembangunan bersama Amerika Serikat - Jepang muncul baik dari luar maupun dari dalam tim proyek pengembangan senjatanya sendiri. Pembangkangan dan penghambatan terhadap jalannya proyek ini, utamanya para generasi muda Jepang dan tokoh-tokoh nasionalis Jepang yang menyebabkan Proyek FSX terlambat lebih dari dua tahun pengerjaan di Jepang. Penyelesaian kapal terbang tersebut tidak mungkin tercapai hingga menjelang tahun 2000. Dengan biaya yang diperkirakan melampaui 100 juta dolar per unit, atau empat kali biaya pembuatan pesawat tempur F-16 AS.
Tekanan dan gejolak keinginan Jepang untuk bebas dan memproduksi sendiri tanpa dukungan luar negeri membuat Menteri Takeshita Noboru berjuang keras untuk melepaskan ikatan dan perjanjian kontrak kerja ini. Akhirnya dengan perjuangan pahit dan intervensi kuat dari Menteri Takeshita akhirnya Jepang menarik diri dari kerjasama yang merugikan Jepang ini. Akhir dari saat-saat indah hubungan Amerika Serikat - Jepang dalam upaya pertahanan dalam aliansi Amerika Serika akan semakin redup.
Keinginan Jepang menuju pengembangan militer independen telah mengalami kemajuan lebih jauh dalam sektor peluru kendali daripada yang mereka capai dalam sektor pesawat terbang, bahkan sekarang Jepang telah mempunyai banyak produsen peluru kendali domestik. Juga telah mengembangkan Stinger (peluru kendali yang dikendalikan dengan tangan dan terbukti sangat efektif di Afganistan), Sidewinder (pencegat udara ke udara), Harpoon (peluru kendali anti kapal selam) yang telah sipasok ke Amerika Serikat. Demikian juga peluru kendali Tomahawk dan Patriot, yang masih diproduksi di Jepang secara lisensi.
Swadaya Jepang dalam industri militer dipengaruhi dan diinspirasi oleh keberhasilan Jepang dalam pengembangan peluru kendali berupa peluncur roket pendorong H-II baru dan sepenuhnya buatan dalam negeri, yang secara potensial juga berfungsi sebagai ICBM.
Sekitar tahun 2005, sebagai usaha untuk menuju swadaya industri militer Jepang berusaha untuk manambah dan mengembangkan generasi baru peluru kendali (SAM) dari darat ke udara, sebagai usaha pengganti Patriot yang masih rancangan Amerika Serikat. Muncul lagi masalah baru dalam menentukan siapa yang paling berjasa dalam penentuan design pesawat tempur FSX yang menjadi persengketaan sengit antara Jepang dan AS. Jepang telah banyak mengeluarkan anggaran yang besar atas design pesawat ini, tetapi dilain sisi Amerika memegang peranan atas penentuan design FSX. Demikian juga terjadi hal yang sama pada peluru kendali canggih TMD.
Walaupun usaha-usaha kemandirian industri militer telah mencapai hasil, tatapi sebenarnya bangsa Jepang sendiri terpecah menjadi dua, yaitu yang menyukai usaha nasionalisasi ini dan yang menentang perluasan militer Jepang. Mereka yang menentang berpendapat bahwa kondisi politik internasional pada masa yang akan datang dapat ditangani secara diplomatik dan ekonomi. Tetapi sebenarnya yang paling memberi pengaruh adalah rasa bersalah atas munculnya fasisme Jepang dan ketakuatan munculnya kembali pemerintahan militeristik. Dapat dikatakan semangat shogun sudah luntur untuk generasi baru Jepang, dan digantikan dengan semangat pengembangan teknologi untuk masa depan Jepang modern yang demokratis.
Kesimpulan
Inilah situasi keseimbangan kekuatan adidaya global yang bisa berubah sewaktu-waktu. Maka, memahami sejarah dari negara adidaya, bagaimana ia berkembang, kepercayaan dan nilai yang ia yakini, serta ideologi yang ia emban akan memudahkan seseorang untuk mengetahui motivasi dari negara tersebut. Negara-negara tersebut saling bersaing sesama mereka dan juga melawan AS. Situasi internasional ini juga bisa dipahami sebagai persaingan global sesama negara adidaya untuk mengamankan kepentingan mereka masing-masing.
Perlu diingat bahwa perubahan yang terjadi disetiap negara selalu bersifat dinamis, karena melalui berbagai perubahan, seperti naik turunnya kekuatan dan kelemahan, tingkat pengaruh diantara sesama negara, dan hubungan internasional diantara mereka. Itu sebabnya akan sulit untuk membuat konsep analisis yang permanen dalam memahami situasi internasional pada setiap masa karena keniscayaan perubahan. Akan tetapi, menganalisa situasi internasional dimungkinkan selama selalu mengingat bahwa situasi bisa berubah sewaktu-waktu. Begitu juga untuk menganalisa kekuatan adidaya negara tertentu bisa saja terjadi selama menyadari bahwa analisa tersebut bisa saja berubah.
Krisis perang di Iraq dan Afganistan telah menimbulkan keraguan terhadap kekuatan AS secara serius. AS terlihat sangat tergantung kepada negara lainnya, dan juga semakin rentan terhadap krisis di dalam negerinya sendiri. Bangkitnya Rusia menimbulkan tantangan serius terhadap AS, karena Rusia memiliki sumber daya energi yang bisa digunakan untuk menyandera Eropa. Di sisi lain, Cina masih terisolasi di wilayahnya, meskipun mulai menampakkan tanda-tanda untuk bersaing melawan AS, sebagaimana terjadi di Afrika. Meskipun demikian, Cina tidak memiliki sejarah atau merujuk ke ideologi tertentu yang mampu menghantarkannya ke tampuk adidaya yang bisa menguasai dunia. Demikian pula India, dimana India memberikan ancaman yang sangat tidak berarti dan ia masih disibukkan oleh perseteruan kaum nasionalis Hindu melawan kaum menengah ke atas yang pro Barat, sehingga visi dan misi negara tersebut masih tidak jelas.
Pemikir AS dan pembuat kebijakan di dunia Barat masih terus mengutip tuntutan terhadap tegaknya Syariah di dunia Islam sebagai bentuk ancaman jangka panjang yang akan dihadapi oleh AS. Intel AS memperkirakan bahwa Khilafah akan bangkit sekitar tahun 2020. Perang melawan teror pun semakin membuka kedok jatidiri perang sebenarnya, yaitu perang melawan Islam. Padahal umat Islam saat ini pun belum diwakili oleh suatu Khilafah. Maka, sebagai antisipasinya terhadap potensi bangkitnya Khilafah, mereka akan terus melancarkan perang ideologis untuk menundukkan pemikiran dan memenangkan perasaan umat Islam di seluruh dunia, sebelum Khilafah akan benar-benar menjadi kenyataan.
nice jobs!
BalasHapus